꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦

Sebelum menjadi Shogun, Raiden Ei hanyalah seorang samurai yang bertanggung jawab untuk melaksanakan perintah dari Shogun generasi sebelumnya. Archon Electro generasi sebelumnya — Raiden Makoto, bukanlah petarung yang kuat. Sementara sebagian besar dari tugas yang dipercayakan Raiden Makoto kepada Ei adalah pekerjaan yang harus diselesaikan dengan penuh pertumpahan darah. Namun Ei sebenarnya juga punya waktu untuk bersenang-senang bersama teman-temannya dengan duduk-duduk di bawah pohon sakura dan bermain karuta. Karena karakternya, Ei adalah yang paling payah ketika bermain. Dia belum pernah bertahan sampai akhir dan muncul sebagai pemenang, dia juga tidak pernah mencicipi hadiah yang disiapkan secara khusus oleh Kitsune Saiguu untuk para pemain karuta yang menang. Karena itu, dia berupaya memfokuskan latihan bela dirinya ke dalam latihan karuta, dan dia sering berinisiatif mengajukan diri untuk bertanding karuta dengan Makoto atau Mikoshi Chiyo, atau bahkan sering melafalkan lagu sendirian di bawah sinar rembulan. Sampai suatu ketika di bawah pohon sakura, Ei berhasil mengatasi semua kesulitan dan mengalahkan tengu dengan susah payah, lalu keluar sebagai pemenang. Ei bersorak girang atas kemenangannya, sementara dia mendengar teman-temannya mulai tertawa. Dia menyadari kalau dirinya tidak bersikap seperti biasanya, kemudian dengan cepat menurunkan tangannya yang sedang diangkat, lalu memasang kembali ekspresi dinginnya. Tentu saja, teman-temannya tidak bermaksud untuk menertawakannya. Mereka paham bahwa Ei dengan kepribadian gigih yang dimilikinya, pasti telah berusaha keras untuk bisa menang. Sementara itu Kitsune Saiguu dengan diiringi senyumnya, membawa hadiah kue ke hadapan Ei.

"Hadiah ini hanyalah kue buatan tangan yang sederhana, aku tidak menyangka kalau kamu begitu menginginkannya, Ei. Kalau begitu, cicipilah rasa kemenangan ini untuk kepuasan hatimu." Makanan manis ini sebenarnya bukanlah hal yang menggugah selera Ei. Namun sebagai seorang samurai, dia percaya bahwa barang siapa kalah, dia juga harus bisa menang pada akhirnya. Dan baginya, kue ini lebih tepat menggambarkan kehausan hatinya akan hal tersebut. Sementara itu, dia sempat tertawa kembali di luar kesadarannya. Kuenya enak, enak seperti rasa nikmat akan kemenangan. Senyum canggung Ei, itulah yang menjadi pemandangan yang menarik bagi teman-temannya. Sampai sekarang, Ei masih sering mengingat-ingat pohon sakura itu. Walaupun sudah lama baginya untuk tidak pernah melihat pohon itu lagi ... walaupun di sana kini sudah tidak ada seorang pun lagi, dia berharap waktu bisa berhenti selamanya.
Bootstrap demo Document ꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭ ⭑꒷꒦꒷꒦︶꒷꒦︶ ๋ ࣭